Strip sentuh baja tahan karat/TPU

Jalur buta harus diatur dalam rentang berikut:

1 Trotoar jalan raya utama dalam kota, jalan raya sekunder, jalan umum dan jalan kabupaten, serta jalan pejalan kaki, serta trotoar di sekitar bangunan umum yang besar;

2 Alun-alun kota, jembatan, terowongan dan trotoar pemisah jalan;

3 Akses pejalan kaki di gedung perkantoran dan gedung publik besar;

4 Area pintu masuk ruang terbuka hijau publik perkotaan;

5 Pada pintu masuk jembatan penyeberangan orang, jalan bawah tanah untuk pejalan kaki, dan fasilitas bebas hambatan di ruang terbuka hijau publik perkotaan, harus disediakan jalur buta;

6 Pintu masuk gedung, meja pelayanan, tangga, lift tanpa penghalang, toilet tanpa penghalang atau toilet tanpa penghalang, stasiun bus, stasiun penumpang kereta api, peron stasiun angkutan kereta api, dan lain-lain harus dilengkapi dengan jalur buta.

Klasifikasi jalur buta harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Jalur buta dapat dibagi menjadi dua kategori menurut fungsinya:

1) Jalur pejalan kaki tuna netra: berbentuk strip, masing-masing 5 mm di atas tanah, dapat membuat tuna netra menempel dan telapak kaki terasa, dan memudahkan penyandang tuna netra untuk berjalan lurus ke depan dengan aman.

2) Memberi isyarat pada jalur orang buta: Bentuknya berupa titik-titik, dan tiap titik berada 5 mm di atas tanah, yang dapat membuat tongkat orang buta dan telapak kaki terasa, sehingga memberi tahu orang-orang yang cacat penglihatan bahwa lingkungan spasial dari rute di depan akan berubah.

2. Blind track dapat dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan bahannya

1) Bata buta beton pracetak;

2) Papan lintasan buta karet plastik;

3) Profil saluran buta dari bahan lain (baja tahan karat, poliklorida, dll.).